MENYONGSONG HARI KEMERDEKAAN RI KE-73 AMPPERA MENGGELAR DIALOG TERBUKA
Foto Bersama Anggota Aliansi Mahasiswa Pemuda Peduli Rakyat (AMPPERA |
Foto MN : Ketua DPD IMM Gorontalo Rahmat, saat membacakan puisi |
Dalam laporan panitia, Ketua Panitia Abdulrahman Halid menyampaikan organisasi yang tergabung dalam AMPPERA ialah Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan Kerukunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Pohuwato (KPMIP)
"Organisasi yang tergabung dalam AMPPERA adalah PMII, IMM, LMND, KPMIP, dan GMNI" Jelas Abdulrahman Halid Yang kebetulan juga menjabat sebagai Ketua LMND Wilayah Gorontalo.
Para pembicara saat membawakan materi, dihadapan peserta dialog terbuka, kemarin. |
"Kebhinekaan itu lahir dari kultur kebuayaan Indonesia, Sedangkan budaya itu lahir dari tauhid yang sudah mengakar di wilayah Nusantara itu sendiri atau indonesia." Ungkap Supli
Supli juga mengkritisi mengenai penyebutan kata HUT kemerdekaan republik indonesia, karena menurutnya 1945 bukan tanda merdekanya republik indonesia tapi merdekanya bangsa indonesia, karena ia lebih sepakat dengan sebutan bangsa Indonesia. Supli juga mengungkapkan mengenai nama indonesia pertamakali disebutkan oleh tokoh dari jerman Adolf Bastian lewat bukunya yang berjudul “Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel”, sementara Nusantara merupakan pemberian dari leluhur Indonesia yakni Mahapatih Gajah Mada yang dikenang dengan sumpah palapa.
"Saya tidak sepakat dengan penyebutan tanda merdekanya republik Indonesia tapi itu tanda merdekanya bangsa Indonesia. Saya lebih sepakat dengan kata bangsa. Jadi, koreksi mengenai nama Indonesia itu pertama kali disebutkan oleh seorang tokoh dari Jerman Adolf Bastian Lewat bukunya yang berjudul “Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel”.Sementara kalau Nusantara sendiri adalah pemberian nama dari leluhur kita sendiri yaitu Gajah Mada. yang dikenal dengan sumpah palapanya." Jelas Supli
Sementara itu, Ketua KPMIP Yahya Abdullah menjelaskan materi yang lebih terarah pada persoalan kondisi sosial kemasyarakatan, ia meneropong kemerdeakan yang sudah diperoleh selama 73 tahun itu belum bisa dirasakan sepenuhnya. Sehingga perlu bagi masyarakat ilmiah (mahasiswa) yang berperan sebagai agen of change, agen of control memiliki tanggung jawab penuh bagi masyarakat Indonesia khusunya masyarakat yang ada di Provinsi Gorontalo.
"Saya lebih fokus pada kondisi sosial saat ini. Bangsa Indonesia sampai saat ini sudah 73 tahun merdeka. Kemerdekaan yang kita dapatkan belum sepenuhnya kita rasakan di Indonesia, sehingga kondisi sosial masyarakat perlu kita lihat, karena kita sebagai agen of change, agen of control semestinya kita merasa punya tanggung jawab kepada seluruh masyarakat republik Indonesia khususnya masyarakat di Provinsi Gorontalo." Jelas Yahya
Yahya juga menambahkan akhir-akhir ini dinamika sering terjadi karena mendekati momen pemilihan presiden (pilpres) tahun 2019 mendatang. Dan saat ini masih banyak masyarakat yang tidak sadar mengenai politik, karena masyarakat mengasumsikan politik itu justru lahir dari tujuan dan cita-cita kemerdekaan republik Indonesia. Sehingga sering menimbulkan gejolak dan mirisnya Indonesia saat ini dipropagandai oleh beberapa oknum sehingga perlu peran dari mahasiswa untuk menghalangi mengenai persoalan itu.
"Akhir-akhir ini apalagi kita mendekati momen politik 2019 dinamika yang terjadi di negeri ini, banyak masyarakat yang tidak sadar dengan politik itu sendiri. karena yang terjadi politik diasumsikan oleh masyarakat itu lari dari cita-cita bangsa. banyak gejolak terjadi, karena Indonesia saat ini masyarakat yang tidak tahu politik, dipropagandai oleh beberapa oknum. Sehingga hal itu perlu kita sadarkan kepada masyarakat" Ungkap Yahya
ia menegaskan bahwa agama hari ini sudah dibungkus sedemikian rupa untuk dijadikan sebagai alat politik.
"Agama hari ini sudah dibungkus sedemikian rupa untuk dijadikan sebagai alat politik" Teggas Yahya Abduljah kepada peserta dialog
Dalam penjelasannya Ketua PC IMM Imawan Budi Nurhamidin menyampaikan negara Indonesia merupakan negara yang multikultur atau majemuk, entah dari agama, suku, ras dan budaya. bahkan pulau-pulaunya juga majemuk karena dipisahkan oleh lautan dan kebhinekaanlah yang menjadi bingkai pemersatu bagi bangsa Indonesia yang multikultur tersebut.
"Negara Indonesia ini merupakan negara yang multikultural atau majemuk dari segi agama, budaya bahkan pulau-pulaunya itu majemuk. Karena, kita dipisahkan oleh Lautan. Kebhinekaan itu merupakan bingkai pemersatu bangsa indonesia," Jelas Budi
Budi menyoroti soal eksistensi negara indonesia hari ini yang lebih mengedepankan konsep politik. Mirisnya justru politik itulah yang membuat indonesia tidak bisa berbuat apa-apa (lumpuh).
"Negara Indonesia hari ini mngedepankan konsep-konsep politik, yang justru politik itu sendiri yang membuat bangsa ini lumpuh," Tegas Budi Nurhamidin
Disamping itu dalam closing statementnya, Ketua KPMIP Gorontalo Rifyan Ridwan Saleh menyampaikan bahwa kegiatan ini masih ada kekurangan tapi tidak mengurangi hikmah dari maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut.
"kegiatan kita pada malam hari ini masih banyak kekurangan, namun hal itu tidak mengurangi hikmah dan tjuan dari apa yang kita rencanakan sejak awal pelaksanaan kegiatan" Pungkas Rifyan.