ALUNAN NADA YANG TAK USAI
Oleh
Budi Nurhamidin, S.Sos
(Mantan Ketua Pimpinan Cabang IMM Gorontalo periode 2017-2018)
|
Begitu banyak masalah yang dihadapi yang belum ada solusi untuk menyelesaikannya, akan tetapi masalah itu selalu ditambah dengan masalah baru yang diciptakan dengan berbagai argumentasi pembenaran serta pembelaan terhadap kelompok yang dianggap benar karna adanya kesamaan tujuan walaupun tujuan itu akan berdampak pada titik pemuasan kekuasaan bagi sebagian individu itu sendiri.
Saat saya membuka lembar demi lembar dari buku yang berjudul "Dialog Timur dan Barat (menuju rekonstruksi metodologis pemikiran politik Arab yang progresif dan egaliter)" saya mengutip dalam buku tersebut bahwa telah datang suatu masa bagi generasi kita untuk melampaui sikap primordialisme yang ekstrim, termasuk didalamnya pengkafiran dan penghianatan, baik dalam pemikiran maupun dalam tindakan diseluruh wilayah bangsa ini secara keseluruhan. (Dr. Hasan Hanafi :36)
Kebenaran dibangsa saat ini telah menghilang dari kesadaran nasional masyarakat kita yakni dengan mengkafirkan seluruh kelompok yang membangkang dan membenarkan ijtihad yang dianggap tepat yakni ijtihad dari otoritas yang sedang berkuasa. (Ibid)
Malapetaka yang membahayakan kita adalah persoalan al-firqoh al-najiyah (golongan yang selamat) yang diragukan kebenarannya oleh Ibn Hazm dan orang-orang yang memberanguskan seluruh ijtihad umat tanpa menyisakan apapun kecuali ijtihad dari otoritas negara yang berkuasa. Hal inilah yang membat tradisi umat dan membuat ruh tasyri' menjadi kering. (Ibid)
Dengan memahami sedikit pengetahuan serta kebenaran bukan pembenaran akan mengantarkan masyarakat dan otoritas penguasa pada kesadaran kolektif untuk bisa memberikan solusi serta jawaban dari berbagai masalah yang dihadapi oleh bangsa ini.
Perlu adanya usaha untuk melenyapkan batasan-batasan primordialisme serta melahirkan definisi yang independent tentang rekonstruksi pemikiran agar bisa menyerukan cakrawala baru serta penggalian fakta historis sebagai jawaban yang natural.
Akselerasi yang harus dilakukan yakni melakukan usaha dialogis yang berbasis kepada kepentingan secara kolektif tanpa ada indikasi politik praktis seperti usaha yang dilakukan oleh Muhammad Abid al-Jabiri dan Hasan Hanafi dalam usaha untuk menyeru dan menyatukan berbagai ideologi antara pemikiran islan, liberalisme, marxisme, dan nasionalisme Arab serta merekonstruksi dari berbagai paham tersebut (Ibid : 30) agar hasil dialog tersebut bisa memberikan solusi bagi negeri