Passing Grade

Pusing Grade Oleh Budi Nurhamidin, S.Sos
Oleh
Budi Nurhamidin, S.Sos
(Mantan Ketua Pimpinan Cabang IMM Gorontalo periode 2017-2018)

Pendidikan merupakan variabel terpenting dalam perubahan serta perjuangan untuk menggapai cita-cita bangsa. Pendidikan merupakan wadah untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi peserta didik agar kelak mereka menjadi orang yang cerdas dan bisa menjadi penerus bagi bangsa ini. Mencerdaskan kehidupan bangsa juga merupakan salah satu cita-cita dari pendahulu kita didalam merumuskan dasar negara dan mencantumkannya dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.


Dengan semakin berkembangnya teknologi tentu ada perubahan pola perilaku pendidikan. Nilai pendidikan yang diberikan hanya berbasis pada sesuatu yang bersifat materil bukan lagi pada pencapaian untuk memanusiakan manusia. Pendidikan seperti ini yang selanjutnya mengubah partisipasi kaum terpelajar dalam berbagai lembaga sosial dan ekonomi modern.


Perubahan perilaku politik kaum terpelajar sebagai akibat dari politik birokrasi orde baru dan modernisasi pendidikan, menimbulkan ketergantungan politik elit pelajar terhadap demokrasi. Berdasarkan elit pelajar, maka lapangan pekerja bagi merekapun berubah, yakni dengan semakin menyempitnya peluang kerja dan berbagai kemudahan dan fasilitas yang diperoleh seorang birokrat mengakibatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (pns) merupakan pilihan utama elit sosial. (Abdul Minir Mulkhan : 89-91)


Akhir-akhir ini banyak pemberitaan terkait banyak yang gagal dalam mengikuti seleksi CPNS, didalam seleksi tersebut setiap pelamar dipaksa harus memahami dan mengisi seluruh soal yang berjumlah 100 nomor dengan waktu 90 menit. Didalam pemahaman matematika secara sederhana didalam mengerjakan soal hanya diberukan waktu kurang dari 1 menit dalam mengisinya, in seperti orang sesak nafas dipaksa ikut lomba lari sprin..


Tes berbasis komputer ini menjadi alternatif baik untuk menghindari calo dalam penerimaan CPNS, akan tetapi dalam pemberian soal tidak sesuai dengan formasi yang dimasuki oleh pelamar. Memang benar dalam seleksi kedua ada tes kompetensi bidang, bagaimana mungkin bisa mengikuti tes kompetensi bidang kalu dari awal kita dipaksa untuk memahami semua pertanyaan di tes kompetensi dasar, sedangkan waktu sekolah/kuliah kita sudah fokus pada jurusan masing-masing dan sudah lama tidak menyentuh pelajaran umum lainnya.


Dalam pelaksanaan ter kompetensi dasar ada tiga indikator soal yang harus dijawab oleh peserta CPNS yakni tes kewarganegaraan, tes umum, dan tes psikologi. Dalam indikator penilaian ini tentu ada setandar dan alasan kenapa birokrasi memberikan tiga indikator tersebut.

1. Menghindari radikalisme, suatu paham yang tidak sesuai dengan dasar dan cita-cita dari bangsa ini.
2. Mengasah logika, didalam soal tes intelegensi umum peserta dipaksa perfikir secara logis.
3. Patuh terhadap pimpinan, psikologi seseorang terkadang kita tidak bisa samaratakan karena apa yang di inginkan oleh seseorang berbeda dengan orang lain, tetapi disini peserta dipaksa menjawab sekalipun itu menjilat dan tidak sesuai dengan keinginan hati nuraninya.


Hanya saja dalam pelaksanaan seleksi dengan tiga indikator di atas kenapa hanya diberikan pada pelamar sebagi pegawai negeri sipil ? Kalopun ketiga indikator tersebut memiliki ukuran yang baik baik bangsa ini tentunya ini harus diperlakukan secara umun. Agar ada kesesuain dan tidak terindikasi pengen menang sendiri sistem CAT  ini juga harus diberlakukan dalam seleksi calon anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif agar benar-benar terseleksi dengan baik layaknya para pelamar sebagi CPNS.

yang menjadi kehawatirannya adalah ketika seleksi ini hanya diberlakukan bagi pelamar cpns dan tidak diberlakukan dilembaga lain seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif nantinya orang yang memiliki pengetahuan (lulus passing grad) akan diatur seenaknya oleh mereka yang tidak memiliki pengetahuan (tidak ikut passing grade).
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url