Melawan Sontoloyonya Kapitalisme


Mendengar kata Kapitalisme yang terbersit dibenak sebuah "monster" besar menakutkan yang menjadi sebab terjadinya kemiskinan, pengangguran, kolusi, korupsi dan bahaya laten lainnya. Skema penguasaan ekonomi, politik, kebudayaan dan sendi-sendi di sebuah negara menjadi musuh abadi rakyat, aktifis, organisasi hingga negara yang merasa menjadi korbannya. Kapitalisme yang awal lahirnya efek dari aktifitas perniagaan dan revolusi industri 1.0 abad ke 17, menemukan jodoh Kolonialisme (penjajahan) yang kemudian beranak pinak menjadi monopoli, kolusi, nepotisme hingga oligarki kekuasaan yang mendominasi sistem hidup matinya sebuah negara.


Kapitalisme dalam bahasa didefinisikan sebagai kata kerja aktif, sedangkan upaya anti Kapitalisme menjadi kata kerja juga tetapi bersifat pasif. Disebut aktif ketika sistem kapitalis itu bergerak masif dengan segala manifestasinya, tak terbendung upaya perlawan anti kapitalis yang masih berkerja secara sporadis, individual, temporary.


Dalam teori peperangan ada istilah "penyusupan". Bagaimana berkamuflase masuk ke dalam sistem musuh untuk melumpuhkan dari dalam.


Kapitalisme adalah sebuah sistem. Melawan kapitalis dengan menjadi "bagian" dari kapitalis adalah skema penyusupannya.


Bagaimana mungkin melawan Kapitalis berkedok investor disaat kita sendiri masih bergantung uluran tangan Investor. Kemandirian menjadi semu, upaya perlawanan terbentur tembok sistem. Hingga orasi anti kapitalis hanya bergema di ruang sendiri. Ibarat treadmill, kita tiap waktu berlari, bergerak, berkeringat tetapi tidak pernah kemana mana.


Revolusi industri 4.0 yang hadir beberapa tahun belakangan ini menjadi angin segar bagi para "penggila" anti Kapitalisme. Skema platform, perdagangan bebas berbasis online, marketplace menjadi ruang masuk menjadi "kapitalis kecil".


UKM online inovatif berbasis individu mendapat ruang berinteraksi dan bertransaksi secara langsung. Keputusan harga, penetrasi pasar dan transaksi elektronik setidaknya sudah memutus mata rantai birokrasi yang dimonopoli kaum Borjuis kapitalis dan kaki tangannya.


Silahkan berimajinasi saat seorang petani bisa menjual hasil buminya langsung kepada konsumen hanya berbekal gadget/laptop. Atau seorang pengrajin souvernir tiba-tiba kebanjiran pesanan dari Eropa gegara rajin posting menawarkan produknya kemana saja dia mau. Tidak mustahil juga seorang mahasiswa sukses mengimpor mesin pertanian, pupuk dan bibit unggul berharga murah untuk dijual lagi ke kampung halamannya. Atau seorang sutradara film dan audio konten kreasinya di YouTube dibayar iklan 200 juta/bulan tanpa repot urus mafia media tayang di TV atau bioskop. 


Testimoni kesuksesan pelaku bisnis plattform digital bertebaran di sekitar layar gadget. Mempersilahkan kita ambil ide dan sisi baiknya, daripada sibuk sumpah serapah memprovokasi kekecewaan pada keadaan dan mengkritik kebijakan penguasa yang sedang menutup saluran pendengarannya. Capek dan geram makin menumpuk sementara cita-cita, ambisi dan kebutuhan hidup tidak juga menemukan solusi.


Sudah saatnya Kapitalisme berbasis ekonomi dan kekuasaan dilawan dengan "Kapitalisme" berbasis Ideologi. Kapitalisme akan surut dengan sendirinya saat setiap orang menyadari bisa menciptakan kapital (modal) sendiri. Menciptakan kapitalis kecil kecil untuk "mengeroyok" kapitalis besar yang berkolaborasi dengan kekuasaan.


Apakah tulisan ini dipahami sebagai pendukung kapitalisme? Butuh intuisi dan kepekaan membacanya. Bukan berhitung berapa banyak jumlah kata Kapitalisme yang tertulis di sini.


Judul : MELAWAN SONTOLOYONYA  KAPITALISME

Penulis : Dahono Prasetyo

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url