Sikapi Kekerasan Seksual Anak, DPC GMNI Mimika berharap Ada Efek Jera
Foto : Marfiti Yamco, Wakabid Pergerakan Sarinah DPC GMNI Mimika Papua/Sangfajarnews (PT. Pena Data Media). |
Mimika Papua, Sangfajarnews.com - Maraknya kasus pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur akhir akhir ini sangat meresahkan masyarakat Mimika. Bagaimana tidak, anak yang merupakan generasi penerus bangsa ini dirusak dimasa-masa pertumbuhannya. Bahkan mirisnya, pelaku tak lain adalah orang terdekat korban.
Selain itu, masyarakat juga menjadi resah dan khawatir akan keamanan yang ada dilingkungan sekitar anak-anak mereka. Hal ini menunjukan bahwa anak-anak belum mendapat perlindungan atas keamanan yang pasti dalam kehidupannya sehari-hari.
Menanggapi maraknya kasus Pelecehan Seksual, DPC GMNI Mimika melalui Wakil Ketua Bidang (Wakabid) Kesarinahan, Marfiti Yamco mengatakan bahwa kasus pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur ini akan berdampak besar bagi kehidupan para korban dikemudian hari, apalagi mereka merupakan generasi penerus bangsa.
"Mereka adalah generasi baru yang disiapkan untuk membangun dan menjadi pemegang masa depan bangsa ini. Jadi menurut saya perlindungan terhadap anak dan haknya harus dipahami secara serius karena berkaitan dengan kesejahteraan anak agar bisa terhindar dari kejahatan pelecehan seksual," ujarnya, Rabu (6/7/2022).
Disisi lain juga, selain meresahkan, pelaku juga telah merampas hak anak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman. Maka dari itu pula ia berharap agar kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak di Mimika dapat terselesaikan.
"Melindungi anak berarti melindungi potensi sumber daya manusia dalam membangun Indonesia yang lebih maju, dan kalau ada pelecehan seksual sama halnya menghancurkan masa depan anak. Semoga kasus-kasus pelecehan seksual pada anak cepat dapat diselesaikan karena pada dasarnya pelaku sangat meresahkan dan telah merampas hak orang lain," sambungnya.
Marfiti Yamco juga menambahkan bahwa tidak adanya kontrol sosial juga menjadi salah satu alasan yang berarti pelaku tidak dekat secara emosional dengan keluarga, sehingga tidak ada kontrol sosial yang bisa mencegah terjadinya agresivitas seksual.
"Mengalami trauma saat masih kanak-kanak bisa saja terjadi karena pernah menyaksikan terjadinya kekerasan seksual terhadap anggota keluarga lain saat masih kecil. Serta faktor lain seperti kemiskinan dan ketergantungan terhadap obat-obat terlarang juga memiliki kontribusi terhadap perilaku orang sehingga tega melakukan kekerasan seksual," tambahnya.
Lanjutnya, Marfiti Yamco juga berharap agar ada pembinaan dan edukasi bagi korban agar tidak trauma dan dapat hidup dengan mestinya, serta mereka para pelaku dapat diberikan efek jera untuk tidak mengulanginya lagi.
"Kami sangat berharap dari Pihak P2TP2A dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Mimika melakukan edukasi dan dan pembinaan khusus bagi korban agar tidak trauma. Kami juga berharap pada Pihak Kepolisian yang menangani kasus pelecehan, harus dapat memberikan efek jera terhadap pelaku," tandasnya.***
Editor : Adhar