Rumah Singgah Bung Karno dibongkar di Sumbar, DPC GMNI Kota Binjai Angkat Bicara
Foto: Windi Tanjung, Ketua DPC GMNI Kota Binjai/SangFajarNews (PT. Pena Data Media). |
Binjai Sumut, SangFajarNews.Com - Bangunan Cagar Budaya di Jalan A. Yani no 12 Padang Sumatera Barat (Sumbar) yang merupakan rumah singgah Bung Soerkarno pada masa penjajahan Belanda, dirobohkan oleh oknum yang memilikinya dan rencananya tempat tersebut akan dibangunkan restoran menuai polemik.
Tempat tinggal sementara Proklamator Kemerdekaan RI itu dirobohkan sejak dua pekan lalu. Pembongkaran itu menuai polemik karena dinilai merusak sejarah dan menghancurkan cagar budaya dari berbagai kalangan.
Salah satu polemik itu datang dari DPC GMNI Kota Binjai yang ikut angkat bicara perihal dirobohkannya bangunan bersejarah di Sumbar itu.
Melalui Ketuanya Windi Tanjung, DPC GMNI Kota Binjai mengatakan bahwa bangunan itu adalah bangunan bersejarah yang pernah dipakai sebagai tempat tinggal Soekarno. Saat itu, Belanda takut Soekarno akan dimanfaatkan oleh Jepang yang akan mendarat di Indonesia dan harus dijaga.
"Bangunan itu adalah saksi perjuangan Bung Karno yang harus dijaga dalam melawan kolonialisme Belanda yang saat itu berencana memindahkannya dari Bengkulu ke Luar Negeri. Ketika akan diberangkatkan ternyata kapal yang akan memberangkatkannya rusak. Pemerintah Belanda memerintahkan Bung Karno dibawa ke Padang dan tinggal dibangunan tersebut," kata Ketua DPC GMNI Binjai itu.
Tempat Rumah Singgah Bung Karno di Kota Padang Sumbar yang nampak rata dengan tanah. |
Windi sapaan akrabnya menilai Pemerintah Provinsi Sumbar sudah lupa akan sejarah dan perlu diajarkan sejarah karena membiarkan bangunan itu rata dengan tanah.
"Sepertinya Pemerintah Provinsi Sumbar perlu kita ajarkan lagi sejarah atau ulang saja sekolah dari SD Lagi agar hal yang seperti ini lagi tidak terjadi lagi di Sumbar," sambungnya.
DPC GMNI Kota Binjai juga menilai Bahwa Pemerintah Provinsi Sumbar sudah kehilangan akal dengan menghancurkan tempat bersejarah dan tempat sakral bagi Indonesia.
"Wajar kami marah sebagai anak bangsa karena Pemerintah Sumatera Barat kami anggap telah kehilangan akal dengan membiarkan penghancuran tempat bersejarah itu bagi Indonesia," tutupnya.***
Editor : Adhar.