GMNI: Anak Muda Jangan Buta Sejarah Pilih Pemimpin Masa Depan

Foto: Arjuna Putra Aldino, Ketua Umum DPP GMNI/SangFajarNews (PT. Pena Data Media).


Jakarta, SangFajarNews.Com - Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia atau KPU RI menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa. Dari jumlah itu, 52 persen diantaranya merupakan pemilih muda. Melihat piramida pemilih saat ini, pemuda menjadi kunci penentu suara pemenang pemilu 2024. Maka tak heran apabila anak muda kini menjadi target utama partai dan kandidat capres-cawapres dalam meraup suara.


Menanggapi hal ini, Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menyampaikan perlunya pemahaman sejarah bagi anak muda untuk memilih pemimpin masa depan bangsa Indonesia. Sejarah tersebut terkait dengan rekam jejak seseorang, terutama untuk memastikan bahwa pemimpin yang dipilih oleh kawula muda tidak punya kaitan dengan peristiwa masa lalu. Tidak punya beban masa lalu.


“Presiden Jokowi sudah sampaikan kita mesti hati-hati dan teliti pilih pemimpin. Begitu juga untuk anak muda jangan buta sejarah. Agar pemimpin yang kita pilih tidak punya beban masa lalu”, papar Arjuna


Menurut Arjuna, Indonesia perlu belajar dari tragedi terpilihnya Bongbong Marcos, putra mantan diktator-koruptor Filipina, Ferdinand Marcos yang membawa Filipina dalam kehancuran dimana jutaan orang hidup dalam kemiskinan parah, berbagai pelanggaran hak asasi manusia berlangsung, dan korupsi merajalela di tengah tumpukan utang negara. 


Namun Bongbong terpilih akibat keberhasilannya memanipulasi kesadaran publik melalui berbagai platform media sosial. Dengan bantuan konten kreator dan para influencer ternama, Bongbong berhasil menciptakan gimmick dan membelokan sejarah Filipina sehingga menguntungkan dirinya.


“Bongbong bertransformasi melalui platform media sosial. Dengan bantuan konten kreator dan influencer Bongbong berhasil membentuk citra dirinya seakan humanis dan rendah hati. Sehingga publik lupa dia adalah putra diktator yang kejam, korup dan despotik dalam sejarah politik Filipina”, ungkap Arjuna 


Menurut Arjuna, pemahaman sejarah bagi generasi Z dan milenial sangatlah penting mengingat apa yang dilakukan seseorang di masa depan tak lepas dari sejarah yang membentuk watak orang tersebut. Apalagi jika seseorang tersebut punya catatan buruk di masa lalu, maka janji manis masa depan yang dilontarkan patut dipertanyakan integritasnya.


“Jika kita tegak lurus dengan Presiden Jokowi maka kita harus berhati-hati. Jangan karena emosional, kita melupakan sejarah, menutup mata terhadap rekam jejak seseorang. Pemuda harus punya nalar kritis, tidak semata-mata digerakan oleh kepentingan praktis jangka pendek”, tambah Arjuna


Apalagi menurut Arjuna, Indonesia pasca pemerintahan Presiden Jokowi punya kepentingan untuk memanfaatkan peluang bonus demografi di tahun 2045. Maka praktik buruk di masa lalu seperti korupsi, pelanggaran hak asasi hingga penguasaan ekonomi oleh segelintir kroni penguasa tak boleh terjadi lagi. Indonesia tidak boleh mundur ke belakang, Presiden Jokowi sudah berbuat banyak hal yang mengantarkan kita ke pintu gerbang kemajuan bangsa.


“Jangan kita ditarik lagi ke zaman orde baru, dimana korupsi oleh para kroni merajalela, utang menumpuk dan kita didikte oleh kekuatan asing. Presiden Jokowi sudah membawa Indonesia jauh ke depan. Jangan sampai kita mundur hanya karena kita anak muda tak mau dan tidak mau tahu tentang sejarah," tutup Arjuna.***


Laporan: Redaksi.
Editor     : Adhar. 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url